Select Page

TENTANG KAMI

SMA Kolese De Britto merupakan lembaga pendidikan yang telah konsisten selama 75 tahun mendampingi para remaja dari berbagai wilayah di Indonesia. Mereka dididik untuk menjadi pribadi yang utuh dan seimbang antara perkembangan intelektual, emosional, sosial, dan spiritual. Kematangan usia dan konsistensi lembaga bisa terjadi karena memiliki kemampuan adaptif. Perjalanan panjang SMA De Britto yang berdiri kala republik ini masih belia sampai saat ini, bahkan ketika tanpa disangka pandemi COVID-19 menerpa, membuktikan kemampuan beradaptasi tersebut. Tentu rasa syukur dan terima kasih sudah sepantasnya disampaikan kepada Tuhan, serta tidak lupa untuk orang tua, masyarakat, dan para stakeholder pendidikan De Britto.
Proses adaptasi tidak berhenti sampai di sini. Tantangan ke depan juga semakin kompleks, terlebih menghadapi era masa depan VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity). Masa depan yang penuh gejolak, ketidakpastian, rumit, dan serba kabur. Terlebih disrupsi digital melalui Era Revolusi Industri 4.0 dan diikuti dengan Society 5.0 telah berada pada masa ini. Logika waktu pendek, komputerisasi, dan dampak sosial tidak bisa dihindarkan lagi.
Di sisi lain, sekolah-sekolah Jesuit sedang menghidupi Preferensi Kerasulan Universal (Universal Apostolic Preferences) yang juga menjadi titik rujukan diskresi inklusif (discernment in common). Empat hal yang ada di dalamnya berupaya diejawantahkan. Keempat hal tersebut adalah menunjukkan jalan menuju Allah melalui berbagai aktivitas rohani dan kebiasaan berdiskresi, berjalan bersama yang terkucilkan melalui berbagai formasi dan aktivitas sosial, penjelajahan bersama orang muda yang memang menjadi roh pendidikan di SMA Kolese De Britto (tidak hanya orang muda intern De Britto, tapi juga diupayakan menularkan kepada orang muda di lembaga pendidikan lain), serta merawat rumah kita bersama yang dipertegas melalui ensiklik Paus Fransiskus berjudul Laudato Si‘ (Terpujilah Engkau) yang berisi seruan dan desakan untuk menjaga kelestarian bumi sebagai rumah bersama seluruh makhluk.
Lembaga dengan segenap komponennya harus mampu beradaptasi guna menghadapi hal-hal tersebut, yaitu tegangan antara disrupsi digital dan degenerasi lingkungan. Lembaga ini seharusnya bukanlah as usual dan biasa-biasa saja. Dunia sudah berubah dengan cepat dan akan semakin cepat, maka lembaga harus ikut berubah. Hanya orang bodoh yang menginginkan perubahan, tapi setiap hari hanya melakukan hal-hal rutin seperti biasanya—tanpa mau berubah. Lembaga harus memiliki kemampuan beradaptasi dengan meng habituasi cara-cara berpikir adaptif (berpikir lateral-kritis dan kreatif). Selain itu, lembaga juga harus mampu membiasakan kompleksitas berpikir (networking dan kolaboratif).
Sebagai bagian dari dunia, kita tidak bisa bekerja sendiri. Meneladani Kristus dalam konteks Trinitas-Nya, kita harus berkolaborasi dalam membangun dunia menjadi lebih baik. Dan itu semua dimulai, tidak lain dari diri kita sendiri, kita harus melihat ke dalam, apa yang harus diperbaiki dan apa yang bisa disumbangkan untuk sesama

— Pater Arturo Sosa, SJ. saat kunjungan pertama kali ke Indonesia, tepatnya Auditorium Driyarkara Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, 12 Juli 2017

Tema Fiat lux yang diambil dari terjemahan Vulgata dalam bahasa Latin dan merujuk pada Kitab Kejadian 1:3 (Dixitque Deus: Fiat lux. Et facta est lux/Berfirmanlah Allah: ”Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi) diharapkan menjadi tonggak lembaga ini menjadi terang bagi sesama dan bangsa Indonesia.